Kehadiran Siu Ban Ci membuat semarak hari-hari Bhre Kêrtabumi. Gairah penguasa itu bangkit. Dunia yang selama ini berjalan begitu-begitu saja kini jadi menggairahkan dengan hadirnya sang ayu. Setiap malam Bhre Kêrtabumi butuh bertandang ke kamar pribadi Siu Ban Ci. Siu Ban Ci memang menggairahkan. Pinggulnya lebar, pahanya mulus, pantatnya sintal. Tak bosan-bosan Bhre Kêrtabumi menelusuri setiap jengkal tubuhnya. Tak bosan-bosan dia bermanja-manja dalam gairah di pelukan sang ayu. Tak juga lelah dia tumpahkan kamanya ke dalam yoninya. Sang ayu bak merak muda berbulu warna-warni. Bahkan saat bercinta, dia bak kuda betina yang liar lagi binal. Belitannya bak nagagini, lentur tapi kuat. Belitan yang tak akan pernah bisa lepas sebelum puncak kenikmatan digapai. Gairahnya menolak luruh sebelum dahaga sanggamanya terpuaskan oleh curahan kama. Lenguhan demi lenguhan yang setiap malam meruahi kamar Siu Ban Ci semakin lama semakin membuat penguasa itu lupa diri. Sang acari nyata-nyata mahir mengajari anak asuhnya. Tapi bukan, bukan begitu, Siu Ban Ci sendirilah yang memang mempunyai daya tarik alami. Geliatnya, rintihnya, tawanya, kerlingnya, senyumnya, semua-muanya begitu menggoda tanpa harus dia pelajari lebih dalam lagi. Lelaki mana yang tak akan terpikat jikalau sudah memadu cinta dengan wanita ayu itu di atas ranjang? Para dewa pun sepertinya akan terlena oleh kemolekan tubuhnya. Dan Bhre Kêrtabumi terlarut dalam jerat daya pikatnya. Seperti gula yang larut di dalam air panas, dia pun mulai kehilangan dirinya.
Tidak harus malam hari Bhre Kêrtabumi tenggelam dalam gairah cinta. Kerap kali, ketika Siu Ban Ci lagi mandi, penguasa Kêling itu memerintah seluruh cêthi yang bertugas memandikannya menyingkir. Bahkan seluruh garwa ampeyannya dia suruh keluar. Dia hendak meletupkan hasrat jantannya dengan Siu Ban Ci saat sang ayu itu mandi di kolam kaputren. Tak ada yang berani mengganggu. Tak ada yang berani melanggar perintahnya. Dua insan yang dimabuk asmara itu pun berkecipak-kecipuk memburu kenikmatan berahi di pinggir atau bahkan di tengah kolam. Kolam kaputren bagai dituruni Bathara Kamajaya dan Bathari Kamaratih dari kayangan. Keperkasaan lingga dan kelembutan yoni beradu liar diiringi deru napas memburu.
Kelakuan Bhre Kêrtabumi yang sudah lupa daratan tentu saja membuat cemburu Dewi Amaravati. Tak hanya Dewi Amaravati, semua garwa ampeyan lainnya juga dilanda cemburu. Bhre Kêrtabumi sudah tidak pernah lagi menyambangi mereka saat malam menjelang. Dia hanya ingin kamanya tercurah ke liang kenikmatan Siu Ban Ci. Gairah asmara para garwa ampeyan yang menuntut pelampiasan pun berubah menjadi api kemarahan. Dan api kemarahan itu tertuju kepada Siu Ban Ci belaka!
--------CUPLIKAN NOVEL SABDA PALON IV : REDUPNYA SURYA MAJAPAHIT. Siap meluncur ke pasaran November 2013!
Cara Pemesanan Buku :
Kirim SMS / WA di 081393725615. Tuliskan Judul dan jumlah pesanan, Nama & Alamat lengkap. Tunggu balasan SMS / WA untuk keterangan selanjutnya.
Atau Pesan Buku via Inbox FB : EKO WALUYO
Kirim SMS / WA di 081393725615. Tuliskan Judul dan jumlah pesanan, Nama & Alamat lengkap. Tunggu balasan SMS / WA untuk keterangan selanjutnya.
Atau Pesan Buku via Inbox FB : EKO WALUYO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar