Pada suatu hari, Darmagandhul, seorang
murid yang tajam hatinya, bertanya kepada gurunya, Kiai Kalamwadi,
tentang awal mula kenapa masyarakat Jawa meninggalkan agama Buda dan
beralih memeluk agama Islam. Pada saat itulah Kiai Kalamwadi mulai
menyadari bahwa rahasia kehancuran Majapahit dan Jawa, yang
disembunyikan para penguasa selama berabad-abad, patut dibabarkan kepada
Darmagandhul, agar menjadi pelajaran bagi generasi mendatang. Kiai
Kalamwadi memperoleh pengetahuan itu dari gurunya, Raden Budi, yang
mewarisi cerita sejarah dan ilmu-ilmu rahasia leluhur Jawa.
Melalui percakapan yang disenandungkan,
Kiai Kalamwadi lantas berkisah tentang kehancuran Majapahit karena
serangan Demak, yang dipimpin Raden Patah, putra kandung Prabu Brawijaya
yang berkuasa, atas prakarsa para sunan. Serangan tersebut
dilatarbelakangi oleh keinginan para sunan untuk mengganti pemerintahan
Majapahit yang mereka anggap kafir dengan pemerintahan Islam. Hanya
Syekh Siti Jênar yang menolak rencana itu, sehingga ia dijatuhi hukuman
mati. Sejak saat itu, kitab-kitab agama Buda dibakar nyaris tanpa sisa
dan, karena hegemoni penguasa baru, masyarakat Jawa Buda
berbondong-bondong memeluk agama Islam. Yang menolak masuk Islam
kemudian mengasingkan diri ke hutan, pegunungan, dan Pulau Bali.
Semenjak terbit pertama kali dalam
bahasa Jawa, Darmagandhul telah menuai kontroversi dan polemik tak
berkesudahan di Tanah Air selama seratus tahun. Kitab ini bagai pisau
bermata dua: dicintai kaum Kejawen dan Islam Abangan sekaligus dibenci
kaum Islam Radikal. Kitab ini hadir dalam versi prosa dan tembang. Buku
yang berada di tangan Anda saat ini merupakan terjemahan prosa sekaligus
tembang, yang sudah sangat jarang ditemukan. Yang menjadi keistimewaan
buku ini adalah: Damar Shashangka, penerjemah dan pengulas buku ini,
memberikan ulasan dan kritik tentang senjakala Majapahit serta ajaran
Islam, Buda, dan Kejawen, demi mencari titik temu, intisari spiritual,
di antara tiga kepercayaan tersebut.
Buku yang bisa dijadikan koleksi khusus
ini berisi dua versi Serat Darmagandhul yang kontroversial: versi
tembang (puisi) yang pernah diterbitkan oleh Redaksi Almanak H. Bunning,
Yogyakarta pada tahun 1920 dan bertuliskan huruf Jawa, dan versi
gancaran (prosa) yang pernah diterbitkan oleh TB. Sadu Budi, Surakarta,
pada tahun 1959, bertuliskan huruf latin.
Naskah dalam bentuk tembang tidak banyak
beredar di masyarakat. Namun naskah dalam bentuk gancaranlah yang
beredar luas dan dikenal di mana-mana. Naskah terbitan TB. Sadu Budi
tersebut pernah dilarang pada era 50-an, tidak lama setelah beredar di
tengah masyarakat. Pada tahun 1980-an, naskah ini beredar lagi. Badan
Koordinasi Pengawas Kepercayaan Masyarakat (BAKORPAKEM) segera
mengadakan razia dari rumah ke rumah. Hingga akhirnya, menjelang tahun
1998, naskah Serat Darmagandhul bisa dikenal dan beredar luas lagi.
Versi tembang (puisi) yang bertuliskan
huruf Jawa sangat susah ditemukan. Paling banter yang bisa ditemukan
adalah versi gancaran (prosa). Kini Penerbit Dolphin mengemas dua versi
Serat Darmagandhul tersebut dalam satu buku dan sudah disertai
terjemahan dan ulasannya berjudul Darmagandhul (Kisah Kehancuran Jawa
dan Ajaran-Ajaran Rahasia).
Darmagandhul
Karya Damar Shashangka
ISBN: 978-979-16110-6-0
Penerjemah: Damar Shashangka
Penyunting: Salahuddien Gz
Penggambar Sampul: Yudi Irawan
Harga: Rp 75.000,-
Tebal: 460 halaman
Cara Pemesanan Buku :
Kirim SMS / WA di 081393725615. Tuliskan Judul dan jumlah pesanan, Nama & Alamat lengkap. Tunggu balasan SMS / WA untuk keterangan selanjutnya.
Atau Pesan Buku via Inbox FB : EKO WALUYO
Penerjemah: Damar Shashangka
Penyunting: Salahuddien Gz
Penggambar Sampul: Yudi Irawan
Harga: Rp 75.000,-
Tebal: 460 halaman
Cara Pemesanan Buku :
Kirim SMS / WA di 081393725615. Tuliskan Judul dan jumlah pesanan, Nama & Alamat lengkap. Tunggu balasan SMS / WA untuk keterangan selanjutnya.
Atau Pesan Buku via Inbox FB : EKO WALUYO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar